Rumah Sakit Umum Kartini bermula dari sebuah tempat
praktik Bidan Priskila Ngatmini atau yang lebih dikenal dengan nama kesayangan
Bu Menuk pada tahun 1994 tidak lama setelah Bu Menuk lulus dari pendidikan D1
Kebidanan. Dengan penuh ketekunan dalam menjalankan profesi dan didorong
semangat menolong sesama, praktik Bidan Menuk semakin lama semakin dikenal dan
dicintai masyarakat.
Seiring dengan perkembangan kebutuhan pasien dan
peningkatan status Bidan Menuk yang sudah lulus D3 Kebidanan dan mempunyai
gelar Amd.Keb., praktik bidan ditingkatkan statusnya menjadi Rumah Bersalin dan
Balai Pengobatan Kartini pada tahun 2004 dengan melibatkan dokter umum dan dua
orang dokter spesialis yaitu dr. Tridjokotomo Somad, Sp.OG dan dr. Rogatianus Bagus Pratignyo,
Sp.A., M.Kes. Dengan adanya pelayanan dokter spesialis ini kunjungan pasien semakin
meningkat.
Pemberian nama Kartini berawal dari kekaguman Bu
Menuk kepada sosok RA Kartini, pelopor emansipasi wanita di Indonesia. Namun
sungguh ironis RA Kartini meninggal dunia pada hari keempat setelah melahirkan
putra tunggalnya; artinya ini adalah kematian ibu maternal. Bu Menuk sangat
terkesan dengan riwayat RA Kartini dan hatinya tergerak untuk bisa
menyelamatkan para ibu dari ancaman kematian maternal.
Selanjutnya setelah Bu Menuk menyelesaikan studi D4
Kebidanan, Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan Kartini ditingkatkan menjadi
Rumah Sakit Umum Kelas D yang juga diberi nama Kartini. Keinginan untuk
meningkatkan status menjadi Rumah Sakit bukan karena ambisi melainkan didasari
niat mendukung program pemerintah yaitu Sistem Jaminan Kesehatan Nasional yang
sudah pasti membutuhkan tambahan jumlah rumah sakit maupun tempat tidur. Semua
yang dilakukan oleh Bu Menuk tidak terlepas dari dukungan sepenuhnya dari sang
suami yaitu Bapak Edi Wardoyo.
Pada tanggal 8 April 2014 Rumah Sakit Umum Kartini
memperoleh ijin operasional berdasarkan Surat Keputusan Bupati Lampung Tengah
Nomor: 179/KPTS/D.2/2014 dan pada tanggal 7 Mei 2014 Bupati Lampung Tengah
Bapak Drs. H. Pairin meresmikan beroperasinya Rumah Sakit Umum Kartini.
Analisis situasi
- Lokasi Rumah Sakit Umum Kartini cukup jauh dari ibukota kabupaten dan kondisi jalan banyak yang rusak.
- Jumlah penduduk di 5 kecamatan yang akan menjadi kabupaten baru berjumlah 324.236 jiwa.
- Belum ada RSUD di wilayah calon kabupaten baru.
- Daya beli masyarakat cukup baik.
0 komentar:
Posting Komentar